Thursday, March 13, 2014

Panduan Liturgi sederhana untuk Minggu Paskah

MINGGU PASKAH PAGI
PERAYAAN KEBANGKITAN TUHAN

Pada umumnya sebenarnya secara ritus liturgi, Minggu Paskah pagi tidak ada ritus yang khusus di dalamnya. Hanya ada beberapa kekhasan yang mungkin perlu diperhatikan.

KEKHASAN
Mengingat bahwa pengikut misa pagi sebagian besar tidak sempat mengikuti misa malam, maka di sini diusulkan dua hal, yang diambilkan dari perayaan Malam Paskah, yaitu: perarakan lilin paskah pada bagian pembuka dan pembaharuan janji baptis sesudah homili. Namun, hal ini disesuaikan dengan keadaan masing-masing tempat sesuai kebiasaan.
Sebagai pengganti ritus tobat dianjurkan hari ini pemercikan dengan air, yang diberkati pada Malam Paskah, sementara itu dinyanyikan antifon Vidi Aquam.
Madah Paskah (Sekuensia) dinyanyikan atau dibacakan sesudah Bacaan Kedua.
Lilin Paskah ditempatkan di sisi mimbar atau di sisi altar. Lilin itu dinyalakan pada semua perayaan liturgi yang agak besar (Mis: Pada Misa, Ibadat pagi, Ibadat Sore) sampai dengan Minggu Pentakosta. Setelah itu lilin Paskah disimpan dengan hormat pada tempat yang layak (bila ada kapel baptis). Pada perayaan baptis, lilin baptis dinyalakan dari padanya. Pada Misa Arwah pada hari pemakaman lilin Paskah hendaknya ditempatkan di samping peti sebagai tanda bahwa kematian orang Kristiani adalah paskah pribadinya. Di luar masa Paskah, lilin Paskah tak boleh dinyalakan dan juga tidak tinggal di altar.

Panduan Liturgi sederhana untuk Malam Paskah

MALAM PASKAH
TIRAKATAN KEBANGKITAN TUHAN

PERSIAPAN
Seluruh perayaan Vigili Paskah harus diangsungkan pada malam hari sedemikian sehingga tidak dimuai sebelum matahari terbenam dan selesai sebelum fajar Hari Minggu. Misa Vigili, kendati dirayakan sebelum tengah malam, adalah Misa Paskah Kebangkitan Tuhan. Siapa saja yang sudah mengambil bagian dalam Misa malam, ia boleh menerima komuni lagi pada Misa siang. Perayaan Vigili Paskah menggantikan Ibadat Bacaan. Seperti biasa Diakon mendampingi Imam. Jika tidak ada Diakon, tugas-tugasnya diambil alih oleh Imam yang memimpin perayaan, kecuali hal-hal yang dicatat di bawah ini.
Imam dan Diakon mengenakan pakaian berwarna putih seperti perayaan Misa. Bagi seluruh umat yang merayakan Vigili hendaknya disediakan lilin-lilin. Seturut teladan Injil (Luk 12:35-37) umat beriman dengan membawa lilin menantikan Tuhan bila Ia kembali. Sementara itu lampu-lampu dalam Gereja dipadamkan.

I. PEMBERKATAN API DAN PERSIAPAN LILIN PASKAH
Pada tempat yang memadai di luar gereja, disediakan api unggun. Umat berkumpul di sekitar api unggun itu, lalu Imam bersama para petugas berarak menuju ke api unggun. Seorang di antaranya membawa lilin Paskah. Salib dan lilin-lilin lain tidak dibawa serta.

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

PEMBERKATAN API
Sesudah doa pemberkatan api baru, seorang petugas membawa lilin Paskah ke hadapan Imam. Lalu imam menggurat dan menancapkan lima biji dupa sesuai dengan yang ada pada teks. Lalu imam menyalakan Lilin Paskah dengan api baru.

PERARAKAN
Sesudah lilin Paskah dinyalakan kembali, seorang petugas mengambil bara dari api baru dan memasukannya ke dalam stribul (wiruk), dan dengan cara biasa Imam mengisi dupa ke dalamnya. Diakon/petugas khusus membawa lilin Paskah itu lalu memulai perarakan. Pembawa stribul yang mengayun-ayunkan stribul berasap berjalan di depan Diakon/petugas khusus yang membawa lilin paskah itu. Lalu menyusullah Imam, para petugas lain, dan umat, semua membawa lilin.
Pada pintu gereja, Diakon/Imam berdiri sambil mengangkat lilin dan bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”. Lalu, Imam menyalakan lilinnya dari nyala lilin Paskah.
Lalu, Diakon berjalan maju ke tengah gereja, berdiri sambil mengangkatlilin dan bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”.
Sesampai di depan Altar, Diakon menghadap umat dan sambil mengangkat lilin ia bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”. Semua orang (dengan dibantu putra-putri altar) menyalakan lilin dari nyala lilin Paskah, lalu perarakan berjalan maju.
Lalu Diakon menempatkan lilin Paskah di kaki lilin yang disediakan di sisi mimbar atau di tengah pelataran imam.
Kini semua lampu dalam gereja dinyalakan, kecuali lilin-lilin di altar.

PUJIAN PASKAH
Setelah sampai di altar, Imam menuju tempat duduknya. Ia memberikan lilinnya kepada putra-putri altar, lalu mengisi pedupaan dan memberkatinya seperti pada pembacaan Injil dalam misa. Diakon menghadap Imam dan memohon berkat. Berkat di atas ditiadakan jika yang membawa Pujian Paskah bukan Diakon.
Sesudah mendupai buku misa dan lilin Paskah, Diakon membawakan pujian sambil berdiri pada mimbar/penyandar buku (standar baca), sementara seluruh umat berdiri sambil memegang lilin bernyala.
Jika tidak ada Diakon, Pujian Paskah dapat dibawakan oleh Imam sendiri, atau Imam lain yang ikut konselebrasi. Tetapi, jika dibawakan oleh seorang awam, kata-kata salam khas imam (seperti dalam prefasi) dilewatkan.

II. LITURGI SABDA
Dalam vigili ini, induk dari segala vigili, disediakan sembilan bacaan, yaitu tujuh dari Perjanjian Lama dan dua dari Perjanjian Baru (Epistola dan Injil). Semuanya harus dibawakan apabila dapat dilaksanakan, agar tampak ciri vigili yang memerlukan waktu yang panjang.
Tetapi, bila keadaan pastoral tidak memungkinkan, jumlah bacaan dari Perjanjian Lama dapat dikurangi, namun hendaknya selalu diperhatikan bahwa bacaan Sabda Allah merupakan bagian dasar dari Vigili Paskah. Hendaknya dibawakan sekurang-kurangnya tiga bacaan yang diambil dari Perjanjian Lama, yakni dari Taurat dan Nabi-Nabi dan tiap-tiap mazmur tanggapannya dinyanyikan. Tetapi, bacaan dari Kitab Keluaran 14 dan kidungnya tetap harus dibawakan.
Sesudah lilin dipadamkan, semua duduk. Sebelum bacaan mulai, imam menyampaikan ajakan singkat kepada umat untuk mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah dengan tenang.

BACAAN I-VII
Lalu bacaan-bacaan dibawakan. Lektor menuju mimbar dan membawakan bacaan. Kemudian pemazmur atau penyanyi membawakan mazmur dan umat menjawab. Setelah itu, semua berdiri dan Imam berkata, “Marilah berdoa”, dan sesudah diam sejenak, Imam mengucapkan doa.

MADAH KEMULIAAN
Sesudah bacaan terakhir dari Perjanjian Lama bersama mazmur tanggapan dan doanya, lilin-lilin di altar dinyalakan, dan Imam mengangkat madah “Kemuliaan” yang disambung oleh semua orang, dan lonceng-lonceng dibunyikan, menurut kebiasaan setempat. Hendaknya dipilih rumusan lagu yang lengkap.

DOA PEMBUKA

BACAAN EPISTOLA
Sesudah pembacaan epistola, semua berdiri. Tiga kali Imam mengangkat Alleluya, setiap kali dengan nada yang lebih tinggi dan diulangi oleh umat. Jika perlu, pemazmur yang mengangkat Allleluya.
Imam mengisi pedupaan dan memberkatinya seperti biasa. Pembacaan Injil tidak didampingi lilin, hanya pedupaan.

HOMILI
Sesudah Injil disampaikan homili, meskipun singkat.

III. LITURGI BAPTIS
Sesudah Homili dilangsungkan liturgi pembaptisan. Imam bersama para petugas menuju bejana baptis.

LITANI PARA KUDUS
(Jika tidak ada calon baptis dan tidak ada pemberkatan bejana baptis, Litani Para Kudus ditiadakan, langsung diadakan pemberkatan air)
Dalam Litani dapat ditambahkan nama-nama orang kudus, terutama pelindung Gereja, wilayah, dan para calon baptis.

PEMBERKATAN AIR BAPTIS

PEMBAHARUAN JANJI BAPTIS
Sesudah upacara pembaptisan, seluruh umat bersama baptisan baru memperbarui janji baptis sambil berdiri memegang lilin bernyala. Pembaharuan janji baptis ini tidak dilakukan jika sudah dilaksanakan sebelumnya.
Setelah janji penolakan setan dan pembaharuan iman, Imam mereciki umat dengan air suci, sementara itu umat bernyanyi. Para baptisan baru diantar kembali ke tempat duduknya di antara umat.
Seusai perecikan, Imam kembali ke tempat duduk. Syahadat ditiadakan.

DOA UMAT
Dari tempatnya Imam memimpin Doa Umat. Sebaiknya Doa permohonan dilaksanakan mereka yang baru dibaptis sebagai wujud partisipasi pertama mereka mewujudkan imamat kerajaan.[15]

IV. LITURGI EKARISTI

PERSIAPAN PERSEMBAHAN
Sebaiknya persembahan diantar ke altar oleh para baptisan baru; Kalau mereka itu anak-anak, oleh orang tua atau wali baptisnya.

DOA SYUKUR AGUNG

BAPA KAMI
Sebelum elevasi (pengangkatan Tubuh dan Darah Kristus) yang terakhir, Imam memberikan penjelasan singkat kepada para baptisan baru mengenai Komuni Pertama yang akan mereka sambut dan mengenai makna Ekaristi yang sedemikian agung, yang merupakan puncak inisiasi dan pusat seluruh hidup Kristiani.
Para baptisan baru, bersama para wali, para orangtua, pasangan yang katolik, dan para katekis sebaiknya menerima Komunis Suci dalam dua rupa menurut tata cara yang disetujui oleh Uskup setempat.

DOA SESUDAH KOMUNI

V. RITUS PENUTUP

BERKAT MERIAH

Panduan Liturgi sederhana untuk Ibadat Jumat Agung

HARI JUMAT AGUNG
MENGENANG SENGSARA TUHAN

PERSIAPAN
Seturut tradisi yang sangat tua, pada hari ini dan hari berikutnya Gereja sama sekali tidak merayakan sakramen selain Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dianjurkan pada hari ini merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi dalam gereja bersama jemaat.[10]
Altar sama sekali kosong, tanpa salib, tanpa lilin dan tanpa kain altar.

I. Perayaan Sengsara Tuhan
Perayaan sengsara Tuhan dilaksanakan sesudah tengah hari, sekitar pukul tiga siang, kecuali jika atas pertimbangan pastoral dipilih waktu sesudah itu, tetapi tidak sesudah jam 21.00.
Imam dan Diakon, kalau ada, dengan menggunakan busana liturgi berwarna merah seperti yang biasanya dikenakan pada waktu misa, berarak ke altar dalam keheningan (tidak ada lagu pembuka). Setelah memberi hormat ke altar, mereka meniarap, atau bila keadaan tidak memungkinkan, berlutut, dan berdoa sejenak dalam keheningan. Semua yang lain (petugas dan umat) berlutut.
Lalu Imam dan para petugas menuju tempat duduk. Di situ Imam menghadap ke arah umat dan sambil merentangkan tangan mengucapkan doa pembuka tanpa ajakan “Marilah berdoa”

DOA PEMBUKA

II. Liturgi Sabda

BACAAN PERTAMA 

MAZMUR TANGGAPAN 

BACAAN KEDUA 

BAIT PENGANTAR INJIL

KISAH SENGSARA
Kisah Sengsara dibacakan atau dinyanyikan tanpa lilin dan pedupaan, tanpa salam dan tanda salib pada buku. Bila pembacanya bukan Imam, sebelumnya mohon berkat dulu. Bila mungkin, sabda-sabda Yesus dibawakan oleh Imam.[11]

HOMILI
Setelah Kisah Sengsara, Imam menyampaikan homili singkat. Pada akhir homili Imam dapat mengundang kaum beriman untuk berdoa hening dengan khusyuk sejenak.[12]

DOA UMAT MERIAH
Liturgi Sabda diakhiri dengan doa umat yang dilaksanakan sebagai berikut: Diakon/petugas awam berdiri di mimbar dan menyampaikan ajakan yang menyatakan ujud doa. Kemudian seluruh umat berdoa sejenak dalam hati, dan sesudah itu, dengan merentangkan tangan, Imam mendaraskan doa sambil berdiri di muka kursi pemimpin atau kalau keadaan tidak memungkinkan sambil berdiri di belakang altar.
Selama doa ini berlangsung, umat dapat tetap berlutut atau berdiri.

III. PENYEMBAHAN SALIB SUCI
Sesudah doa umat, menyusul upacara penyembahan salib secara meriah. Dari kedua cara berikut dapat dipilih salah satu yang lebih sesuai dengan kebutuhan pastoral.

SALIB SUCI DIPERLIHATKAN
Bersama dengan putra-putri altar, Diakon atau seorang petugas nlain yang cakap pergi ke sakristi atau tempat lain yang sudah ditentukan untuk mengambil salib yang diselubungi kain ungu. Didampingi dua putri-putra atar yang membawa lilin bernyala, berarak melintasi gereja menuju ke tengah panti imam. Di dekat pintu, di tengah gereja dan di depan panti imam, pembawa salib mengangkat salib sambil melagukan “Lihatlah kayu salib”. Seluruh umat menjawab “Marilah kita sembah”. Sesudah setiap jawaban, seluruh umat berlutut dan bersujud sejenak dalam keheningan.

PENYEMBAHAN SALIB SUCI
Kemudian, didampingi dua putra-putri altar pembawa lilin bernyala, Imam atau diakon membawa salib ke panti imam atau ke tempat lain yang pantas. Di situ salib diletakkan atau diserahkan kepada para petugas untuk disangga. Lilin-lilin ditempatkan di kiri dan kanannya.
Untuk penyembahan salib urutannya sebagai berikut: pertama, Imam yang memimpin perayaan maju seorang diri, seyogyanya tanpa kasula dan sepatu, kemudian para klerus, petugas awam, dan umat beriman maju dengan teratur, lalu menyatakan hormat pada salib dengan berlutut satu kaki atau dengan cara lain yang sesuai dengan kebiasaan setempat, misalnya dengan mencium salib.
Hendaknya disediakan hanya satu salib untuk disembah, karena dituntut kesejatian tanda.[13] Namun, peraturan bahwa hanya satu salib yang dihormati menimbulkan kesulitan di paroki besar. Hal ini dapat diatasi bila penghormatan salib dilakukan seluruh umat bersama-sama dengan menundukkan kepala terhadap salib yang diangkat oleh petugas Imam atau Diakon. Sesudah Ibadat, umat diberi kesempatan untuk melaksanakan penghormatan kepada salib secara pribadi. Atau, disediakan sejumlah salib untuk dihormati umat satu demi satu, seperti bila akan menyambut komuni.[14]
Sementara penyembahan salib berlangsung, seluruh umat sambil duduk melagukan nyanyian Salib-Mu Tuhan, atau nyanyian lain yang sesuai.
Sesudah penyembahan, salib dibawa oleh Diakon atau putra-putri altar ke tempatnya di dekat altar. Lilin-lilin bernyala diletakkan di sekitar atau di atas meja altar atau di dekat salib.

IV. UPACARA KOMUNI
Di atas meja altar dibentangkan kain altar dan di atasnya diletakkan korporale dan buku misa. Sementara itu, Diakon/Imam mengenakan velum, lalu mengambil Sakramen Mahakudus dari tempat penyimpanannya, dan membawanya ke altar melalui jalan singkat. Dua putra-putri altar mendahului pembawa Sakramen Mahakudus dengan membawa lilin bernyala dan menempatkan lilin tersebut di sekitar atau di atas meja altar. Seluruh umat berdiri dalam keheningan.
Imam berlutut di belakang altar dan kemudian memimpin doa Bapa Kami.

BAPA KAMI
Salam damai tak dipakai.

KOMUNI

PEMBUBARAN UMAT
Pembubaran umat ditutup dengan sebuah doa. Sesudah itu, umat meninggalkan gereja dalam keheningan dengan lebih dahulu berlutut ke arah salib. Sesudah perayaan, altar dikosongkan dari semua perlengkapan, kecuali salib dan dua/empat lilin bernyala. 
Mereka yang telah mengikuti upacara liturgis meriah sore ini tidak perlu melaksanakan Ibadat Sore.

Panduan Liturgi sederhana untuk Kamis Putih

HARI KAMIS PUTIH
MENGENANGKAN PERJAMUAN TUHAN

PERSIAPAN
Altar hendaknya dihias dengan bunga secara sederhana supaya sesuai dengan ciri khas hari ini. Tabernakel harus kosong sama sekali.[4] Dalam misa ini hendaknya dikonsekrasikan hosti yang cukup untuk komuni Imam dan umat pada hari ini dan hari berikutnya (Jumat Agung).
Untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (yang masih ada) harus dipersiapkan tempat yang dihias dengan pantas yang mengundang untuk doa dan meditasi. Dianjurkan suatu kesederhanaan yang sesuai dengan hari-hari ini.[5]

I. RITUS PEMBUKA

PENGANTAR

TOBAT

MADAH KEMULIAAN
Madah Kemuliaan dinyanyikan. Selama Madah Kemuliaan dilagukan, lonceng dibunyikan. Sesudah itu lonceng tidak dibunyikan lagi sampai Madah Kemuliaan pada Malam Paskah. Demikian pula organ dan alat musik lain boleh dibunyikan hanya untuk menopang nyanyian. Dengan kata lain, alat musik tidak boleh dibunyikan secara instrumen tanpa ada penyanyi.

DOA PEMBUKA

II. LITURGI SABDA

BACAAN PERTAMA 

MAZMUR TANGGAPAN 

BACAAN KEDUA 

BAIT PENGANTAR INJIL 

INJIL 

HOMILI

III. PEMBASUHAN KAKI
Seusai homili diadakan pembasuhan kaki. Para pria-pria yang terpilih[6] (petugas rasul) menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Imam menanggalkan kasula dan mengenakan celemek. Kemudian Imam membasuh kaki mereka serta menyekanya. Sementara itu dilagukan lagu-lagu yang sesuai.
Sesudah pembasuhan kaki, Imam membasuh tangan dan menyekanya. Lalu imam mengenakan kembali kasula dan memimpin doa umat.

DOA UMAT

IV. LITURGI EKARISTI

PERSIAPAN PERSEMBAHAN
Jika memungkinkan, pada saat ini dinyanyikan lagu Ubi caritas est vera (Jika ada cinta kasih)

DOA SYUKUR AGUNG

KOMUNI
Bila dilanjutkan dengan perarakan, sesudah komuni, satu sibori (bukan monstran) berisi hosti suci tetap dibiarkan di atas altar, dan sibori-sibori lain disimpan di tempat yang telah disediakan.

DOA SESUDAH KOMUNI

V. PEMINDAHAN SAKRAMEN MAHAKUDUS
Seusai Doa Sesudah Komuni, sambil berdiri, Imam mengisi pedupaan dan memberkatinya. Lalu, sambil berlutut ia mendupai Sakramen Mahakudus tiga kali. Kemudian Imam mengenakan velum berwarna putih di atas bahunya, berdiri, menyelubungi sibori dengan ujung-ujung velum dan mengangkatnya.
Lalu dimulailah perarakan. Dengan disemarakkan lentera dan kepulan asap dupa, Sakramen Mahakudus diarak melintasi gereja menuju tempat penyimpanan yang disiapkan di bagian lain dari gedung gereja atau di ruang lain yang dihiasi secara serasi. Tempat penyimpanan tak boleh berbentuk “makam suci” karena memang tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pemakaman Tuhan, melainkan untuk menyimpan hosti suci untuk komuni pada Jumat Agung.[7]
Petugas pembawa salib berjalan paling depan, diapit petugas lain yang membawa lilin bernyala, disusul petugas yang membawa keprak. Di depan Imam yang membawa Sakramen Mahakudus berjalan petugas yang membawa pedupaan yang mengepul. Sementara itu dilagukan Pange Lingua (kecuali dua baris terakhir) atau nyanyian ekaristis yang lain.
Setibanya perarakan di tempat penyimpanan Sakramen Mahakudus, Imam, kalau perlu dibantu oleh Diakon, meletakkan sibori di dalam tabernakel yang pintunya dibiarkan tetap terbuka. Lalu ia mengisi pedupaan, dan sambil berlutut mendupai Sakramen Mahakudus. Sementara itu dinyanyikan Tantum Ergo (dua bait terakhir dari lagu Pange Lingua) atau nyanyian ekaristis lain. Kemudian Diakon atau Imam sendiri menutup pintu tabernakel.
Setelah bersembah sujud sejenak dalam keheningan, Imam dan para pelayan berlutut, lalu kembali ke sakristi.
Setelah Misa, pada saat yang tepat, segala hiasan dan perlengkapan altar diambil. Jika memungkinkan, salib-salib dikeluarkan dari gereja. Sebaiknya, salib-salin yang tetap ada dalam gereja diselubungi kain merah atau ungu. Di depan gambar/patung para Kudus tak boleh dinyalakan lilin.[8]
Siapa saja yang sudah ambil bagian dalam misa sore mengenang perjamuan Tuhan, tidak perlu lagi melaksanakan Ibadat Sore.
Umat hendaknya diajak melaksanakan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus selama waktu yang cocok pada malam hari seturut kebiasaan dan keadaan setempat. Akan tetapi, sesudah tengah malam, sembah sujud hendaknya dilakukan secara sederhana, karena hari Sengsara Tuhan sudah mulai.[9]
Kalau di salah satu gereja tidak dilaksanakan perayaan Jumat Agung untuk mengenang Tuhan, misa ditutup seperti biasa, dan Sakramen Mahakudus disimpan dalam tabernakel.

Panduan Liturgi sederhana untuk Minggu Palma

HARI MINGGU PALMA
MENGENANG SENGSARA TUHAN

            Pada hari ini Gereja mengenangkan peristiwa Kristus Tuhan memasuki Kota Yerusalem untuk menggenapi misteri Paskah-Nya.

I. MEMPERINGATI YESUS MASUK YERUSALEM

PERSIAPAN PERARAKAN (CARA I)
(Dalam Buku Misa disediakan dau bentuk yang lain, yang dapat dipakai bila prosesi tidak dapat dilaksanakan karena aneka alasan, tetapi jangan dipakai karena memilih kemudahan)[1]
Pada jam yang ditentukan umat beriman berhimpun di kapel atau tempat yang layak di luar gedung gereja yang menjadi tujuan perarakan. Umat memegang daun palma atau ranting dedaunan.
Imam dan Diakon, dengan mengenakan busana liturgi berwarna merah, didampingi para pelayan yang lain, menuju umat berkumpul. Sebagai ganti kasula, Imam dapat mengenakan pluviale, setelah perarakan selesai, pluviale ditanggalkan dan diganti kasula.
Sementara itu dilagukan Hosanna Putra Daud (PS. 491) atau nyanyian lain yang sesuai.

TANDA SALIB

KATA PENGANTAR

PEMBERKATAN PALMA
Sambil merentangkan tangan, Imam mengucapkan doa pemberkatan palma. Lalu, imam memerciki daun palma dengan air suci tanpa mengucapkan apa-apa.

BACAAN INJIL
Kemudian Diakon, atau kalau tidak ada, Imam sendiri memaklumkan Injil yang mengisahkan Tuhan memasuki Kota Yerusalem, menurut satu dari keempat Injil. Kitab Injil dapat didupai.

HOMILI SINGKAT

AJAKAN UNTUK MEMULAI PERARAKAN

PERARAKAN
Seperti biasa perarakan mulai bergerak menuju gereja tempat misa akan dirayakan. Jika dipakai dupa, seorang pelayan dupa berjalan paling depan sampai mengayun-ayunkan pedupaan yang berasap; menyusul seorang pelayan pembawa salib yang dihias dengan daum palma, diapit oleh dua pelayan yang membawa lilin bernyala. Menyusul Diakon yang membawa Envangeliarium, Imam dan para pelayan yang lain, dan akhirnya seluruh umat, yang bergerak sambil melambai-lambaikan daun palma.
Sementara perarakan berlangsung, dilagukan nyanyian-nyanyian yang sesuai untuk menghormati Raja Kristus. Ketika perarakan memasuki gereja, dilagukan lagu-lagu yang menuturkan Tuhan memasuki kota suci.
Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar dan mendupainya. Lalu Imam pergi ke tempat duduk, menanggalkan pluviale dan mengenakan kasula. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa.

DOA PEMBUKA

II. LITURGI SABDA
Untuk perayaan Ekaristi hari ini disediakan 3 bacaan. Sangat dianjurkan agar ketiga-tiganya dibacakan, kecuali ada alasan pastoral menyarankan lain. Mengingat pentingnya Kisah Sengsara Tuhan, Imam, sesudah mempertimbangkan situasi jemaat, dapat mengambil salah satu dari kedua bacaan sebelum Injil, atau bahkan hanya mengambil Kisah Sengsara Tuhan, kalau terpaksa boleh yang singkat. Tetapi semua ini hanya boleh dilakukan dalam misa bersama umat.

BACAAN PERTAMA 

MAZMUR TANGGAPAN 

BACAAN KEDUA 

BAIT PENGANTAR INJIL

BACAAN INJIL – KISAH SENGSARA TUHAN
Kisah sengsara dibacakan tanpa lilin dan pendupaan, tanpa salam dan tanpa tanda salib pada buku. Kisah ini dibacakan oleh Diakon atau, kalau tidak ada, imam sendiri. Secara tradisional, dianjurkan untuk membacakannya atau menyanyikannya oleh tiga orang. Dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi Imam. Sebelum membawakan Kisah Sengsara, Diakon mohon berkat Imam seperti biasa sebelum Injil, tetapi pembaca awam tidak perlu.[2]

HOMILI
Setelah pembacaan kisah sengsara harus diadakan homili.[3]

SYAHADAT

DOA UMAT

III.LITURGI EKARISTI (seperti biasa)

IV. RITUS PENUTUP